Filosofi Ubuntu: Makna Ajaran Kemanusiaan dari Afrika
Mungkin dunia akan menjadi tempat yang lebih damai jika kita lebih menekankan sikap saling menghargai dan toleransi seperti apa yang diajarkan oleh filosofi Ubuntu.
Kata ‘Ubuntu’ berasal dari salah satu dialek Bantu Afrika dan diucapkan sebagai uu-Boon-too.
Menurut Ubuntu, terdapat ikatan antara sesama manusia dan melalui interaksi dengan sesama manusia itulah kita menemukan kualitas diri kita sebagai manusia.
Atau seperti yang dikatakan orang Zulu sebagai, “Umuntu Ngumuntu Ngabantu”, yang berarti bahwa seseorang menjadi seseorang melalui orang lain.
Dengan kata lain, kita menegaskan kemanusiaan kita saat kita mengakui dan menghargai orang lain.
Pemenang Nobel Perdamaian Uskup Desmond Tutu dari Afrika Selatan menjelaskan Ubuntu sebagai:
“Ini adalah inti dari manusia. Ini berbicara tentang fakta bahwa kemanusiaan saya terikat erat dalam kemanusiaan Anda.
Ubuntu berbicara tentang keutuhan, berbicara tentang kasih sayang. Seseorang dengan Ubuntu akan terbuka, ramah, hangat, murah hati, dan bersedia untuk berbagi.
Orang-orang yang mengamalkan Ubuntu akan bersikap terbuka dan bersedia membantu orang lain, bersedia mendukung yang lain, dan tidak merasa terancam karena mengetahui bahwa mereka termasuk dalam keseluruhan yang lebih besar.
Orang-orang seperti ini akan merasa sakit bila orang lain dihina, sedih bila orang lain tertindas, dan merasa gelisah ketika orang lain diperlakukan semena-mena.
Aspek Religius
Bagi banyak orang Afrika, sementara mereka terbagi dalam berbagai kelompok masyarakat, tradisi dan ritual, Ubuntu tetap memiliki makna religius yang kuat.
Secara umum, keyakinan Afrika didominasi atas kepercayaan bahwa nenek moyang terus berada di antara yang hidup dalam bentuk roh dan menjadi perantara ke Roh Ilahi.
Oleh karena itu, penting menghormati leluhur karena suatu saat manusia yang hidup sekarang akan mati dan menjadi roh leluhur.
Prinsip Ubuntu menjamin keselarasan antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal.
Aspek Politik
Sejak kejatuhan Apartheid di Afrika Selatan, Ubuntu sering disebutkan dalam konteks politik untuk mewujudkan rasa persatuan.
Prinsip Ubuntu menjadi relevan karena dalam sistem politik yang setara, setiap individu memiliki suara yang sama dalam menentukan setiap aspek kehidupan politik.
Aspek Sosial
Konsep Ubuntu amat relevan dalam kaitannya dengan masyarakat dunia yang terdiri dari bermacam ras dan suku bangsa.
Akan lebih mudah mengidentifikasi orang yang berbeda dengan idiom ‘kita dan mereka’. Jelas lebih sederhana menilai orang lain berdasarkan stereotip yang sering menyesatkan.
Namun, jika kita menganggap orang lain yang berbeda sebagai sesama manusia, akan tercipta kesempatan yang lebih besar untuk mencapai pemahaman dan saling mengenal.
Karena dalam filososfi Ubuntu, suka atau tidak, semua manusia sebenarnya saling berhubungan.[]
sumber : http://www.amazine.co/21982/filosofi-ubuntu-makna-ajaran-kemanusiaan-dari-afrika/