Syarat Ibadah yang Diterima oleh Allah SWT
Berdasarkan nash Al-Quran dan Hadits, berikut ini syarat ibadah yang diterima Allah SWT dalam konsep risalah Islam.
1. Ikhlas. Ibadah dilakukan secara ikhlas.
Ibadah dilakukan dengan kesadaran sendiri dan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuju ataupun karena dipaksa.
"Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, lagi tetap teguh di atas tauhid; dan supaya mereka mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah Agama yang benar" (QS. Al-Bayyinah:5)
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Pemelihara alam semesta.“ (QS. Al-An‘âm: 162).
"Allah tidak menerima amalan kecuali dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mencari ridla-Nya." (HR. Al-Nasâ`i).
2. Ilmu. Ibadah yang dilakukan disertai ilmunya.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" (QS. Al-Israa':36).
Umar bin Khattab pernah mengatakan, "Siapa yang beribadah tanpa disertai ilmunya, maka ibadahnya tertolak dan tidak diterima." Jika ibadah dilakukan tanpa disertai pengetahuan tentang ilmunya, maka ibadah tersebut bisa salah dalam tata cara serta tidak dipenuhi syarat dan rukunnya.
Menurut para ulama, “Barang siapa shalat sedangkan ia bodoh (tidak mengetahui) tata cara wudhu dan shalat, maka tidak sah shalatnya. Walaupun wudhu dan shalatnya sesuai dalam pengamalannya”. (Sittin al-Mas’alat).
Mu’adz bin Jabal mengatakan, “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar).
Al-Muhallab , “Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan (karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.” (Syarh Al Bukhari).
3. Sunah. Tata caran ubadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya
Ibadah yang dilakukan harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat.
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari, dari Malik bin Al-Huwairits).
“Barangsiapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan (Islam) di dalamnya maka ditolak.” (Muttafaq 'alayh)
“Sesungguhnya sebaik-baik berita adalah Kitabullah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik bimbingan, adalah bimbingan Muhammad, sedang sejelek-jelek perkara adalah mengada-ada padanya, dan setiap bid`ah (penyimpangan dengan mengada-ada) adalah sesat.” (HR. Muslim, Ibn Majah, Ahmad & Darimi).
“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunahku dan sunnah para khalifah ar-rasyidin (yang diberi petunjuk) sesudahku, gigitlah dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah dari setiap perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya perkara yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah di neraka.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Demikianlah Syarat Ibadah yang Diterima oleh Allah SWT. Semoga kita bisa melaksanakannya. Amin! Wallahu a'lam. (www.risalahislam.com).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar